Kementerian Komunikasi Indonesia sedang mengintensifkan upayanya untuk melawan informasi yang salah alias hoax. Mereka melakukan briefing mingguan untuk mendiskreditkan “berita palsu” dan mempromosikan literasi digital menjelang pemilihan presiden tahun depan.
Menteri Komunikasi Indonesia Rudiantara, mengatakan bahwa program ini dimaksudkan untuk membantu para pembaca Indonesia dalam mengidentifikasi berita palsu dan tetap mendapat informasi, lapor The Guardian.
“Setiap minggu kami akan mengumumkan berita bohong,” katanya kepada CNN Indonesia. “Kementerian ini tidak hanya akan membocorkan sebuah berita sebagai hoax, tetapi kami juga akan memberikan fakta.”
Briefing ini akan diadakan setiap minggu dan dimulai sesegera mungkin, Rudiantara menambahkan. Kementerian tersebut juga meluncurkan sebuah tim pengawas konten yang beranggotakan 70 orang, untuk mengidentifikasi berita-berita palsu. Unggahan yang terungkap akan dicantumkan di situs web, StopHoax.id.
Indonesia adalah salah satu negara dengan audiens media sosial aktif terbesar di dunia, menurut surat kabar lokal Jakarta Globe. Negara dengan mayoritas penduduk Muslim terbesar di dunia itu menyumbang jutaan pengguna Facebook, Twitter, dan Instagram. Tetapi Indonesia juga berkutat dengan masalah di mana berita palsu dan misinformasi dapat digunakan untuk memanipulasi kampanye politik dan mengobarkan ketegangan sosial.
Mantan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama, yang dikenal dengan julukan “Ahok,” digulingkan dalam pemilihan umum tahun lalu dan dijatuhi hukuman dua tahun penjara atas tuduhan penodaan agama.
Ahok—seorang Kristen beretnis China terkemuka di Indonesia yang berpenduduk mayoritas Muslim—banyak diberitakan telah menjadi sasaran dalam kampanye online maupun offline oleh kelompok-kelompok yang disebut garis keras, yang menuduhnya menghina Al-Qur’an.
Penyelidikan oleh The Guardian tahun ini menemukan sebuah kelompok yang dikenal sebagai Muslim Cyber Army, yang dituduh telah membayar pengguna untuk mengelola ratusan akun media sosial palsu dan menyebarkan konten menghasut yang dimaksudkan untuk menghalangi Muslim Indonesia untuk mendukung Ahok.
Para analis sekarang memperingatkan bahwa disinformasi dan penggunaan media sosial yang memecah belah juga bisa mempengaruhi Pemilu 2019 di Indonesia, menurut The Guardian.
Pemungutan suara ini kemungkinan akan mengadu Presiden Joko Widodo melawan mantan jenderal Prawobo Subianto dalam pertandingan ulangan seperti tahun 2014.